MalasLagi.Info - Lombok merupakan kota yang memiliki perpaduan agama Islam dan Hindu karena dekat dengan Bali. Maka tak heran jika kota 1.000 mesjid ini juga memiliki beberapa pura besar. Setiap pura besar di Lombok memiliki ke unikannya masing-masing. Salah satu pura yang aku kunjungi yaitu Pura Lingsar. Pura inilah yang memadukan antara agama Hindu dan Islam. Perpaduan itu terlihat pada bangunan didalam pura yang terdapat mushola dengan bangunan seperti pendopo.
Untuk menuju Pura Lingsar, membutuhkan waktu sekitar 1 jam dari Pantai Senggigi melewati Mataram – Cakranegara yang dapat ditempuh dengan mudah menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.
Pura ini adalah pura terbesar di Lombok. Dibangun sejak 1741 oleh Raja Anak Agung Ketut Karangasem dan dianggap pura yang paling suci di Lombok. Lingsar berasal dari kata Ling, yang artinya wahyu atau sabda dan Sar,yang artinya syah atau jelas. Jadi Lingsar artinya wahyu yang jelas.
Saat memasuki pintu gerbang pura, kita akan melihat lapangan parkir yang luas. Selanjutnya kita akan memasuki beberapa gapura, yang disisi kira dan kanan terdapat taman yang luas. Pada gapura ke-2 kita akan melihat bangunan yang besar di sisi kanan. Kemudian kita akan masuk ke sebuah taman kecil di kiri yang disambut dengan para penjual souvenir disisi kiri dan kanan. Sebelum kita akan masuk ke dalam pura, kita akan mendaftar terlebih dahulu dan memberikan donasi serelanya. Saat mendaftar kita akan diberikan sehelai kain putih untuk diikat dipinggang sebagai bentuk penghormatan. Kita juga akan ditawarkan membeli 2 telur bebek seharga Rp 5.000,- untuk melihat ikan keramat. Selain itu sang penjual juga menceritakan bahwa ada 1 kolam untuk “make a wish” di dalam area pura.
Aku tertarik untuk melihat ikan keramat, jadi aku membeli telur bebek. Aku diantar ke sebuah tempat dimana terdapat beberapa mata air yang ternyata dapat digunakan untuk wudhu bagi umat muslim. Aku memberikan 2 telur bebek kepada seorang ibu yang merupakan juru kunci pemanggil ikan keramat. Sang ibu harus membuka sebuah pagar dan barulah kami masuk ke tempat ikan keramat berada. Telur dipecahkan dan diambil kuningnya kemudian dihancurkan di dalam air agar ikan terpancing untuk keluar. Menit-menit berlalu 2 kuning telur sudah habis dan ikan tak kunjung keluar. Sang ibu bercerita bahwa orang yang beruntung saja yang bisa melihat. Awalnya aku cukup kecewa tapi aku kemudian berkata pada sang ibu bahwa aku tidak apa-apa, mungkin memang belum beruntung saat ini. Saat pasrah, tiba-tiba ada seorang ibu datang bersama anaknya. Sang ibu meletakan tangannya kira-kira 1 jengkal di atas batu-batu seolah sedang menerawang sesuatu. Sang ibu mengajak aku untuk melihat sesuatu di dalam batu dan aku melihat ada sosok seperti belut. Ternyata itu adalah ikan keramat. Ukurannya seperti belut, tapi kata sang ibu ini yang berukuran kecil, biasanya bisa berukuran besar bahkan yang ada di waduk bisa berukuran pohon kelapa. Wow! Ternyata yang awalnya aku pasrah bahwa tidak beruntung eh ternyata malah bisa melihat ikan keramat.
Dari tempat ikan keramat, aku pindah ke gapura sebelah dimana biasanya orang-orang melakukan make a wish. Ternyata ada kolam yang dikelilingi pagar besi, dan setiap orang yang ingin permohonannya terkabul wajib melemparkan uang koin dengan jarak yang agak jauh dan membelakangi kolam. Aku mencoba. Dan ternyata lemparan pertamaku hanya mendekati pagar. Ga putus asa… Aku mencoba untuk ke dua kalinya dan berhasil. Semoga terkabul yaaaa
Kemudian aku berjalan semakin ke dalam melihat sebuah tempat berdoa yang dikelilingi pagar tembok yang rendah. Kebetulan ada satu keluarga sedang berdoa di dalam tembok tersebut.
Aku berjalan memasuki area pura yang sebenarnya. Tempat ini lebih rindang dengan pohon dibanding tempat sebelumnya. Setahun sekali di Pura Lingsar diadakan upacara Perang Topat.kegiatan upacara dalam bentuk perang-perangan dan topat atau ketupat sebagai senjata yang dipakai dengan cara saling lempar dengan sesama teman. Maksud dari perang ini adalah sebagai tanda bersyukur atas rejeki yang selalu dilimpahkan oleh Tuhan. Perang Topat biasanya dilakukan pada sebelum musim tanam pagi dan sesudah musim penghujan. Tiap tahun sebelum Perang Topat, ada beberapa orang dari Subak yang naik ke Gunung Rinjani dengan membawa benda-benda yang terbuat dari emas berbentuk udang, gurami, nyale, dan kura-kura. Benda-benda ini nantinya akan dibuang ke Danau Segara Anak dengan maksud untuk memohon kemakmuran.
Saat kembali ke parkiran, jika lapar kita dapat menikmati sate Bulayak, salah satu sate khas asli dari Lombok. Menurutku Pura Lingsar merupakan pura yang menunjukan kerukunan manusia dengan tidak melihat apa agama kita tapi menghormati apa yang kita yakini. It’s a beautiful life.
Lihat Selengkapnya »
0 comments:
Posting Komentar